Thursday, September 5, 2013

Titik.

Dari sudut ruangan itu, aku melihatnya.
Tertawa, dikelilingi kebahagiaan.
Bersama para sahabat yang betul menyayanginya.

Lama. Aku tak lagi peduli sekitar.
Yang kulihat hanya dia, dengan senyum yang memang miliknya.
Aku menangis dalam hati. Tidak tahu apa yang terjadi.

Sebelumnya, akulah yang biasa melakukannya.
Kini, aku hanya bisa memandang betapa bahagianya dia dari kejauhan.
Dari sudut ruangan, sendiri, tak punya pegangan lagi.
Mungkin ia yang biasa menjadi pegangan, sudah berproses menjadi sesuatu yang lain.

Aku telah terbiasa berjalan berdampingan dengannya.
Kini aku mulai membiasakan diri untuk berjalan di belakangnya.
Ketika banyak sosok lain hadir sebagai penjaga dan penyedia tawa baginya.

Mungkin aku hanya tak terbiasa.
Mungkin peran memang memiliki masa kadaluarsa.
Mungkin aku hanya takut, kini tiba masaku.

Yang kuingat, hanyalah ia yang sudah tidak lagi kukenal.
Mungkin, masalah peran hanyalah sebuah titik kecil dalam daur hidup yang harus dijalani.
Untuk bisa sampai ke titik yang selanjutnya.