Friday, May 18, 2012

Kata Pak Dokter

"Kamu cuma terkena flu ringan," kata pak dokter.

"Banyak-banyak istirahat, kurangi aktivitas," kata pak dokter.

"Coba sini saya cek tensimu," kata pak dokter.

"Jangan minum es, nanti tenggorokanmu tambah sakit," kata pak dokter.

"Ini obat yang manjur, diminum 3x sehari sesudah makan ya," kata pak dokter.

"Kondisimu sudah membaik," kata pak dokter.

"Obatnya nggak usah diminum lagi, kamu sudah sembuh," kata pak dokter, sehari sebelum kematianku.


Depok, 18 Mei 2012
02.31

Thursday, May 17, 2012

Pintu

Dia bukan pengantar
Dia hanya jalan
Yang harus kamu lalui
Dengan langkah kakimu sendiri.

Wednesday, May 9, 2012

The Grand Design

Well, saya meminjam istilah Stephen Hawking untuk merepresentasikan cara alam untuk memberi tanda. Dan ini sangatlah random. Sangat. Entah apa yang terlintas di kepala, namun saya merasa perlu untuk menuliskannya. Saya percaya bahwa semesta punya mekanismenya sendiri untuk menyampaikan tanda kepada semua yang bernafas di dalamnya. Tanda yang menjadi makna, kalo kata Fahd Jibran. Dan saya juga percaya akan kemampuan manusia untuk mengkonversi tanda itu menjadi sebuah makna. Yang berarti.

...

Jam 12 malam. Ketika saya asyik bergumul dengan Digimon Masters Online, sibuk memilah barang yang akan saya jual. Hp saya berbunyi. Telpon ternyata. Dari nomer tidak dikenal. Well setelah berharap ada suara wanita cantik yang mengajak berkenalan, harapan saya dipupuskan oleh suara lelaki di seberang. Dan saya kenal suara itu.

Jati.

Jati punya nama lengkap Yosep Jati (kalo ngga salah). Saudara bukan sedarah dari jaman SMA. Satu dari sekian banyak orang yang wajib menghabiskan malam Jogja bersama saya. Sekarang dia kuliah di jurusan Ilmu Ekonomi UGM. Putra daerah Kalibawang, Kulon Progo, yang karena jauhnya rumah dari peradaban modern memutuskan untuk ngekos di daerah Klebengan, Bulaksumur. Dia yang memperkenalkan saya pada angkringan klebengan dengan tempe-seribu-tiga-nya yang tersohor itu.

Oke, jati.

Seorang Jati itu biasa. Tapi seorang Jati yang menelpon saya itu luar biasa.

Saya masih bertanya-tanya dalam hati.

Apa dia mau curhat masalah kuliah? Atau sekedar menanyakan kabar? Atau mau minta trik nembak cewek?

Dan dia menjawab "Aku kangen koe Yok." ("Aku kangen kamu.")

Agak berbau homo setelah ditranslate ke bahasa Indonesia ternyata, tapi biarlah. Demi kejelasan cerita, obrolan dalam bahasa Jawa akan saya konversi menjadi bahasa Indonesia.

Kangen bukanlah jawaban yang saya harapkan darinya. Hahahah.


"Biar deh kalo kedengarannya menye. Tapi aku kangen kamu, Yok."

"Lah kok bisa? Hahaha," jawabku.

"2 hari yang lalu, waktu aku lagi niat kuliah, temenku malah pada nonton film di laptop. Three Idiots," katanya.

"Aku ikut liat pas bagian akhirnya, waktu ada Ramchordas Chamchad (atau entah bagaimana tulisannya) aku ingetnya orang itu adalah kamu Yok."

JANCUUUUKKKKK HAHAHAHHAAH.

Spontan langsung ketawa. Aku nggak habis pikir. Gara-gara film. Ramchordas itu sosok orang yang membukakan mata sahabat-sahabatnya. Yang merubah hidup mereka. Dan orang itu adalah aku, kata dia.

Sekali lagi jancuk.

Ah bingung mau merespon apa. Tapi saya kepikiran satu hal: saya punya orang-orang semacam mereka. Sejenis Jati. Mereka yang selalu ada. No matter what. Uh.

Sekilas langsung terputar kembali ingatan tentang Jogja. Malioboro malam hari yang wajib saya lewati ketika pulang. Orang pacaran di jembatan Gondolayu. Turis domestik ndeso yang foto di tugu malem-malem. Kopi klothok. Nasi kucing. Gudeg WAWAWA dengan pemandangan balapan geng motor di malam minggu. Mereka.

Mereka. Ya. Mereka yang membuat saya bingung menempatkan istilah "teman". Bahasa Indonesia tampaknya butuh vocab baru untuk mengistilahkan sesuatu semacam mereka ini. Lebih dari teman, sahabat. Tapi bukan keluarga, karena tidak sedarah. Hahaha.

...

Satu jam obrolan kami merembet ke mana-mana. Kuliah, kelas gugur, presentasi, BEM, FKY, Festival Musik Tembi, UGM Economic Jazz, udah dapet pacar atau belum (asu), pingpong, Beni yang masih sakaw SNSD, dan beberapa hal lainnya.

Aih, saya rindu sekali obrolan ini.

...

4 Hari yang lalu, selesai latian teater sekitar jam 19.00 WIB. Beni menelpon. Mengabarkan bahwa Ibunya Yong-Yong meninggal. Dan mengajak saya melayat. Saya di Depok, mereka di Jogja. Itu adalah sebuah apa-apaan.

Hal-hal semacam ini menjadi trigger flashback. Ingatan tentang Jogja. Tentang mereka. Dan selalu saya harus menghadapi kondisi sakaw Jogja selama beberapa saat setelahnya.

...

"@nandiisme: yok  , aku kangen ngobrol sama kamu, haryok yang sekarang jadi kayak gimana ya ? *kangen* *tur random*" - Sebuah tweet yang saya terima dari seonggok Prasetya "Bachdim" Nandiwarhana, sesaat setelah percakapan dengan jati selesai.

...

Speechless bro. Serius.

Seperti yang yang sudah saya bilang, semesta punya caranya sendiri untuk menyampaikan tanda. The Grand Design of Nature. Malam ini, semesta berhasil memberi tanda yang membuat saya speechless. How lucky I am to have you all, guys.

Kalian.. tanda dari semesta yang membuat hidupku bermakna.


...



Cheers, salam persaudaraan dari Depok. Sebulan lagi ya guys :)