Saturday, December 22, 2012

Buat Ibu

Kalau orang datang padaku dan bertanya,
"Bagaimana caramu menyayangi Ibumu?"

Aku hanya akan menjawab,
"Sesederhana Ia yang tak henti-hentinya memintaku untuk melakukan apa yang aku suka."

Kalau bagimu Ibu adalah Ia yang melahirkanmu,
Buatku, Ibu adalah nurani di luar diriku.

Love you, Mom!
Untuk Ibuku,
I Gusti Ayu Wiryaningtyas Kusumawardhani
atas segalamu yang boleh ada buatku.

Friday, December 14, 2012

Alasan

Barangkali
Mereka bisa melihat kamu sebagaimana dirimu ingin dilihat
Tapi aku tahu
Mana yang memang benar kamu
Mana yang cuma senyum palsu

Barangkali
Mereka tak mengerti
Jalan macam apa yang telah kau lalui
Untuk bisa sampai di sini
Apakah penuh kerikil
Atau tak beraspal sama sekali

Barangkali
Kau punya dunia indahmu sendiri
Yang tak ingin kau bagi
Karena kau tahu orang takkan mengerti
Apalagi peduli

Barangkali
Kau bilang kau tak pernah berharap
Tapi siapa tahu
Harapanmu punya bentuk yang berbeda
Harapanmu muncul dalam sorot matamu yang sayu
Atau bibir yang kerap mengucap rindu
Atau airmata yang meleleh dalam setiap pilu

Barangkali
Telah tak terhitung waktu yang kau lalui
Bersama luka perih yang tak kunjung sembuh

Barangkali
Kau tidak tahu
Bahwa setiap kalimat kutukan terhadap dirimu
yang keluar dari mulutmu
Juga mengenai bagian dari diriku

Barangkali
Setiap mati yang ingin kau wujudkan
Menjadi sebuah impian yang ku selalu ingin gagalkan

Barangkali
Aku belum cukup kuat
Untuk menjadi tempatmu berpegang
Tapi biarlah kau berpegang pada hidup itu sendiri
Sampai waktuku tiba untuk mampu menggantikannya

Barangkali
Setiap tawa yang terukir
Atau tetes air mata yang mengalir
Adalah kalimat perangkai
Yang mengingatkan bahwa kamu tak pernah sendiri

Barangkali
Waktu akan membuktikan diri
Sebagai katalisator proses yang abadi
Sampai kita benar-benar menjadi
Utuh dalam setiap pribadi

Barangkali
Kau punya alasanmu sendiri
Terhadap semua sikap dan keteguhan hati

tapi barangkali
Aku hanya ingin menjadi sebungkus top extra large
Atau anak kucing yang sedang bermain dengan dirinya sendiri
Agar bisa menjadi alasanmu untuk hidup
Dan tetap ada.

Tuesday, December 11, 2012

Balasan

"Kenapa kamu suka ke pantai?" tanyaku waktu itu.
"Karena aku suka air. Dan air laut itu air hidup.. Ngga kaya air hujan. Mati." jawabmu sambil memandang jauh.
"Bukan mati dong.. Kamu tau syarat sebuah benda untuk bisa dikatakan mati?"
"Ah mulai deh..ngga tauuuuu, ngga mau tauuuuuuuu." katamu sambil menutup telinga dengan wajah jutek.
"Mati itu berarti dia pernah hidup. Ya kan? Sedangkan kalo kamu menyebut air hujan mati, berarti dia pernah hidup dong?" lanjutku sengaja memancing keributan.
"IYAAAAA IYAAAA TERSERAAAAHHH."

Kemudian kita hanya tertawa. Tertawa dan tertawa memecah suara deburan ombak senja.

***

Mungkin waktu itu kamu cuma lupa.
Bahwa air hujan pernah hidup.
Karena ia juga berasal dari asinnya laut.

Utopia

Ada satu tanah.
Yang punya banyak kisah.


Ini bukan tentang sebuah.
Apalagi semesta yang meruah.


Ini hanya tentang Gajah
Yang kebal sudah dengan sengatan Lebah.

Andai bahagia dapat menjadi hibah
Dunia takkan perlu sumpah-serapah.

Andai mencari hormat tak butuh menjual lidah
Aku takkan enggan untuk mengumbar lelah.


Siapa yang butuh Mesiah
Ketika bahagia bisa selalu tumpah.


Kau bilang kita butuh arah?
Sedangkan angin selalu membuatmu goyah.

Kawan, hormat mungkin bisa kau jarah.
Tapi bahagia takkan kau bisa perah dengan merahnya darah.